- Minggu Ketiga -
Senin, 19 Maret
Pagi ini diawali dengan buat media lagi, so pasti media susu skim lagi..
dan hari ini pun kesalahan terulang kembali, agar nya padat duluan tapi untungnya ga separah kesalahan pertama,, jadi dipaksakan tetep dituang ke cawan petri :D
kerjaan selanjutnya tetep sterilisasi alat,, 2 jam an nunggu autoklaf dengan ngenet2 di ruang istirahat,, trus pulang dehh
Selasa, 20 Maret
Untungnya media yang dibuat kemaren ga ada yang kontam, walaupun ada bintil2 agar yang ga kecampur sempurna.. hari ini dapat 8 isolat baru dari laboran,, bingung sih kok banyak banget, perasaan dari dosen cuma 2 aja,, kok ini 8, ya sudahlah turutin saja dulu..
selesai gores di cawan petri, bikin media lagi untuk agar miring sebagai stok isolat, karena stok yang ada banyak yang kontam,, semoga berhasil,,
buat agar miring bikin otak miring juga, ruang tempat miringinnya lagi dipake, dan takut agar padat sebelum dimiringin akhirnya berbekal buku di lab dan kertas2 disekitar lab, coba miringinlah itu tabung reaksi :)
Rabu, 21 Maret
yeah, agar miring selesai, dan ga kontam.. mau ngegores lagi, tapi ruang laminar lagi dipake, jadi ngantri deh sekitar 3 jam-an, gabuuuttt parah :(
hari ini pun ketemu dosen pembimbing setelah hampir 3 minggu ga konsul, disini pun diomelin gara2 lupa bawa buku, "klo ketemu saya, harus bawa buku ya, dicatet apa yang saya omongin, saya juga mau periksa buku log kalian" hwaaahhh....
mana dikasih tugas lagi,, nambah galauu sajaaahhhh..
sehabis konsul, ruang laminar kosong, trus ngegores isolat ke agar miring, selesai ngegores, ngenet2 bentar, trus capcuzz pulangg..
Kamis, 22 Maret
Hari ini agendanya, nyicil buat larutan untuk uji aktivitas enzim,, cukup banyak sih, tapi ga semuanya harus dibuat sekarang, karena ada beberapa larutan yang dibuat klo mau dipake aja, karena ga tahan lama buat disimpan..
bingung2 cari bahan, dimana nyimpannya, trikloroasetat, pewarna folin, tris, natrium karbonat,, bingung2 cari botol jugaa.. lengkaap sudaah
setelah berjibaku seharian, akhirnya jadi juga larutan yang dibuat,, hanya satu yang tersisa yaitu buffer tris HCl ph 8 yang ga jadi, karena kesalahan mata dan prosedur, akhirnya diskip aja duluuu :(
Jumat, 23 Maret
- tanggal merah -- ngelab juga ikutan libur ahh :D.. butuh refreshinggg
#Introvert (3) - Introvert vs Pemalu
Posted: by Hazirur Rohman in Label: Iam an Introvert, Psikologi
Maaf sebelumnya, jika lebih banyak membahas tentang introvert dibanding ekstrovert,, karena memang pernah coba ikut test online tentang ini, dan hasilnya 95% introvert, jadi lebih tertarik dan mencari-cari informasi tentang introvert dibanding ekstrovert :D dan tentunya karena ada hubungannya dengan diri pribadi saya sendiri.
==================================================
Ketika melihat orang pendiam mungkin kita akan berpikir jika dia seorang introvert karena tidak terbuka dengan orang lain dan terkesan sombong, angkuh dan menjaga jarak. Kadang kita juga menyebutnya dengan istilah lain yaitu “pemalu”.
Namun, faktanya antara introvert dan pemalu adalah sesuatu hal yang berbeda. Introvert bukan berarti pemalu walaupun ada keterkaitan antara introvert dan pemalu, hanya saja tidak semua orang introvert itu pemalu dan introvert itu sendiri bukan menyangkut rasa malu (nah lohh,, bingung kan? Samaa :D)
Pada dasarnya orang yang introvert adalah orang yang lebih menyukai kesendirian, dengan kata lain terbebas dari hiruk pikuk sosial. Di alam bawah sadarnya,Energi mereka akan terkuras apabila mereka berada di sekitar banyak orang, dan mereka akan merasa lebih tenang apabila terbebas dari banyak orang. Bukan berarti orang-orang introvert memiliki kemampuan sosial yang buruk, mereka mampu berbaur dan terlibat pembicaran dengan banyak orang, mereka juga mampu berkomunikasi dengan baik di muka umum, dll, hanya saja setelah berlama-lama berkumpul dengan banyak orang, seperti di pesta membuat mereka lelah dan mereka butuh suasana tenang untuk mengembalikan kembali energi yang terkuras. Introvert lebih memperhatikan dunia di dalam pikiran mereka sendiri, mereka menikmati berfikir, mengeksplorasi pikiran dan perasaan sendiri. seorang introvert tidak berarti mereka tidak memiliki kemampuan bicara, akan tetapi mereka lebih suka bicara mengenai masalah ide dan konsep, bukan mengenai pendapat mereka tentang topik-topik sosial yang tidak penting,(mungkin seperti guyonan-guyonan yang tidak penting)
ketika seorang yang introvert ingin menyendiri, bukan berarti mereka dalam kondisi depresi atau sejenisnya, tapi mereka butuh waktu untuk berfikir dan introspeksi. meskipun mereka berkumpul bersama orang-orang yang paling klop dengan mereka, tapi tetap saja mereka merasa kurang nyaman untuk berfikir di kondisi seperti itu.
Bandingkan dengan rasa malu yang merupakan elemen dari rasa cemas, gugup, dan kuatir. Rasa malu cenderung mempengaruhi pergaulan sosial, seperti berbicara di depan umum, berbicara dengan orang lain dan sebagainya. Gejala fisik ditandai dengan perut mulas, jantung berdebar-debar, gemetaran, dll. mereka cenderung lebih banyak diam daripada bicara. Oleh karena itu, saat kita bertemu dengan seorang yang tampak pendiam, jangan buru-buru memvonis mereka sebagai seorang yang sombong, mungkin saja mereka pemalu. Yang perlu dilakukan saat berhadapan dengan orang yang memiliki rasa malu berlebihan adalah dengan membuat mereka merasa nyaman dengan keberadaan kita dan tidak menjauhi mereka karena dengan menjauhi mereka malah akan semakin membuat mereka rendah diri.
Nah, kita mulai bisa melihat diri sendiri apakah kita tergolong introvert atau pemalu, extrovert atau tidak tau malu. Untuk masalah introvert dan ekstrovert, menurut saya tidak ada yang lebih baik antara satu dengan lainnya. Kita tidak perlu mempermasalahkan apakah sikap ekstrovert jauh lebih baik daripada sifat introvert karena masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan masing-masing dari sifat tersebut memiliki profesi masing-masing yang cocok untuk digeluti. Introvert yang diikuti dengan ketajaman perasaan membuat pemiliknya lebih cocok menjadi seniman, sementara introvert yang cenderung berfikir analisa membuat pemiliknya lebih cocok menjadi seorang analis sistem atau seorang akuntan. Faktor lain yang turut berperan adalah sebesar apa persentase introvert/ ekstrovert dalam diri kita.
====================================================
A : Pernahkah kau mendengar Alam semesta berbicara ?
B : Tidak…
A : Itu karena kau terlalu berisik ! (ekstrovert=banyak omong=Berisik).
cobalah untuk tenang maka kau akan dapat mendengar alam semesta “berbicara” (Berbicara di sini maksudnya adalah Inspirasi. Introvert=gak byk omong=lebih tenang=gampang dapet inspirasi).
====================================================
Sumber : http://akyndo.multiply.com dengan berbagai penambahan.
Minggu Kedua
Senin, 12 Maret
Hari ini cuma bisa datang siang, karena pagi ikut test BNI dulu, ga terlalu minat sih tapi coba saja dulu ahhaa..
Waktu siang di lab, sangat mengecewakan, hampir semua media yang dibuat kemaren2 ternyata kontam semuaa.. kasiaaann :( . akhirnya relakan saja di “killing”, tak apa2lah, namanya juga baru pertama kali,, setelah tanya2 mbak2 di lab, akhirnya dapet metode baru buat sterilisasi alat, maka kaburlah ke Bara lagi beli alcohol yang baru yang agak mahalan hhahaa, sama beli byclean.
Rendem2 cawan pake byclean, oven, semprot alcohol, oven, baru dibungkus kertas, plastic, iket, autoklaf deh, ribet sekali ya saudara2..
Selasa, 13 Maret
Hari ini pun cuma bisa siang, karena ngelanjutin test BNI,, pusing banget dan ga bisa konsen, laper pulakk..
Hari ini ngelanjutin sterilisasi alat kemaren karena oven2 nya penuh maka harus ngantri.. hari ini juga nyicil buat media agar nya dulu, biar besok lebih gampang..
Rabu, 14 Maret
Hwaa.. ini hari paling galau.. dateng pagi2 ke lab, tak ada orang, bikin media susu, sterilisasi, jam 9 belum juga selesai, sedangkan jam 8 masih harus ikut test BNI.. akhirnya setelah diputuskan dan konsul sama orangtua, dicukupkan saja sampai disini perjuangannya,, ahh, lega, lanjut nge lab lagii..
Siang, lanjut sterilisasi alat,, kerjaaan tiap hari ga jauh2 dari sterilisasi, autoklaf, oven,,
Dilanjut nuang media ke cawan petri,, ahhh.. ternyata pas nuang, media agarnya udah padet ditengahnya dan parahnya udah dicampur media susu nyaa.. hwaaa..bingung, akhirnya dipanasin lagi tapi pake microwave biar cepet tapi jadinya, susunya ga menyebar merata ;(
Kamis, 15 Maret
Pagi-pagi dateng dapet kabar bahagia hahaaa.. media yang dituang kemaren ga ada yang kontam.. syukurlah.. lanjut ke tahap selanjutnya, ngegores isolatnya.. ternyata isolatnya pun susah diambil pake lup.. butuh kerja keras.. setelah ngegores barulah di inkubasi, kita tunggu besok..
Hari ini pun melanjutkan kerjaan biasa, klo masalah sterilisasi alat, udah mahir banget hahaaa.. rendam byclean, oven, semprot alcohol, oven, bungkus kertas, bungkus plastic, autoklaf, oven lagi..
Jumat, 16 maret
Hwaahh, 2 cawan yang di gores kemaren akhirnya ditumbuhi mikroba,, subur makmur lagi ahahaa.. sementara satu nya ga tau bentuknya apa, akhirnya dibuang sajaah..
Hari ini pun ngelanjut steril alat yang seabrekk,, ngantri oven makanya jadi lama, steril alat trusssss…
Yeaaah,, akhirnya dimulai juga setelah sekian lama terombang-ambing perbedaan metodologi antara kedua dosen pembimbing.. Setelah keduanya bertatap muka secara langsung dan ngobrol lebih lanjut akhirnya dicapai kesepakatan metodologi proyek ini.. walaupun buat gw, tetep aja membingungkaan
Minggu Pertama
Senin, 5 maret
Cuma nge’gaje’ di lab.. oh iya nama labnya “Laboratorium Bioteknologi Hewan” lantai paling atas PAU..
Ngamatin orang2 kerja di lab, kemudian disuruh list peralatan yang dibutuhkan,, ngelist alat pun bingung.. Tanya sana sini akhirnya fix juga dibuat, walaupun kata si ibu lab nya,, buat apa tabung schott sebanyak ini, yakin cawan petrinya cuma segini??.. hwaaa,, bingung, ya sudahlah, ntar kalo kurang tinggal minta lagi kan bu,, :)
Selasa, 6 maret
Hwaaa,, masih anak baru, belum punya alat apa2,, hari ini di kasih loker yang kemudian dengan bangganya gw kasih nama “HAZI” :P.. ternyata tidak semua alat disediain, setelah tanya2 akhirnya ngabur lah ke Bara, ngabisin duit beli alat-alat lagii semacam box, tissue, alkohol, aluminium foil, gunting, isolatip, plastic tahan panas, dan semacamnya.. habislah duit awak.. balik ke lab lagi, bersihin loker dan nyusun alat2 baru hahaa..
Rabu, 7 Maret
Akhirnya alat yang di list hari senen dikasih jugaa, banyak juga ya, hari ini cuma berurusan dengan alat-alat itu, ngasih nama 100 cawan petri, erlenmeyer, tabung schott dan teman-temannya
Kamis, 8 Maret
Tentunya untuk kerja mikrobiologi semua alat harus di sterilisasi, dan hari ini pun mulai nyoba sterilisasi.. cawan di semprot alcohol, di lap tissue, di bungkus kertas, di plastic, diiket, baru masukin autoklaf.. hwaa, baru pertama kalii, masih bingung, bungkus cawannya pun diajarin dulu hahahaa apalagi ngoperasiin autoklafnya.. autoklaf sih cuma 20 menit,, tapi kenyataannya bisa nyampe 2 jam, nungguin suhu naik, stabil, trus turun lagii.. lamonyooo..
Jum’at, 9 Maret
Mulai buat media.. karena ini isolate yang mau digunain proteolitik, maka media yang digunain itu dari susu skim, susu nya pun ga tanggung2, susu anlene yang low fat ahahaa.. buat media nya pun agak berbeda dengan media-media lain, dimana agar dan skimnya ga boleh disatuin dulu.. sterilisasinya pun berbeda,, karena takut susunya menggumpal dan kaseinnya rusak, sterilisasi susu skim cukup 5 menit dengan suhu 110oC sementara bagian agar dan nutrient broth sama dengan sterilisasi alat.
Setelah semua media di sterilisasi, media baru digabungin jadi satu di ruang laminar, nuanginnya juga harus cepat takut terkontaminasi, udah digabungin baru dituangin ke cawan petri.. hari ini cuma dapet 16 cawan petri.. setelah padat, cawan di seal.. kemudian didiamin satu hari, karena besok sabtu, tak apa2lah baru diperiksa hari senen hhahaha..
#Galau-17 I am an Introvert (2)
Posted: Kamis, 15 Maret 2012 by Hazirur Rohman in Label: Galau, Iam an Introvert, Psikologi
Ya, I am an introvert
Saya memang seorang introvert
Apakah ada yang salah dengan itu?
Apakah ada yang terganggu dengan itu?
============================================
Saya suka mengerjakan apapun sendirian ditempat sepi
Saya lebih suka mengurung diri di kamar dibanding harus jalan-jalan bersama teman2
Saya tidak suka berorganisasi
Jika marah atau sedih, saya lebih memilih diam
Saya lebih senang hanya menjadi pendengar jika ada teman yang curhat
Saya lebih banyak diam daripada berbicara..
semuanya itu adalah ciri kepribadian introvert..
penyendiri...tapi tidak sama dengan pemalu..
Apakah introvert merupakan penyakit??
Menurut saya bukan, introvert hanyalah kebalikan dari ekstrovert.
Ekstrovert bukan berarti normal juga kan??
di dunia, ada 20-40% orang introvert, berarti jumlah ekstrovert-er emang jauh lebih banyak..
yaiyalaaah... secara manusia itu makhluk sosial yang bersosialisasi satu sama lain..
sempat terbesit di benak saya...
apakah dengan sifat introvert ini, saya bisa hidup sukses nantinya??
ternyata banyak orang-orang luar biasa yang memiliki sifat introvert..
mulai dari penulis buku sampai artis-artis terkenal seperti Clint Eastwood, Meg Ryan, Julia Roberts, Helen Hunt and Tom Hanks..^^
tapi saya pribadi... kalo jadi arti gak bakalan cocok (Ya eyalaah)
seringkali orang introvert dianggap aneh sama orang ekstrovert kebanyakan..
karena orang2 introvert lebih cenderung 'terlihat'misterius, pendiam, penyendiri, pemalu, dan pasif...
itulah yang sering membuat orang introvert merasa dirinya berbeda dengan lainnya..
"aduuh, kenapa aku gak bisa kayak mereka siih?? gampang bergaul dengan siapa aja.."
"apa yang salah dengan diriku???"
sehingga mereka secara tidak sadar, ikutan mendorong dirinya agar bisa jadi ekstrovert.. kadang hanya untuk alasan agar diterima oleh masyarakat kebanyakan..
tapi taukah teman-teman??
memaksakan sesuatu itu sungguh tidak mudah..
mereka tetap berusaha untuk menjadi 'terlihat' ekstrovert di luar.. tetapi sejujurnya! mereka sama sekali tidak nyaman dengan itu semua..
coba bayangkan saja..
orang yang lebih suka bekerja sendiri, tiba-tiba harus bekerja dengan orang banyak..
orang yang lebih suka menyendiri, tiba-tiba harus 'memaksakan diri' untuk bergabung dalam hingar bingarnya keramaian..
sejujurnya..
itu sangat melelahkan bagi saya dan mereka teman2 introvert-er..
jadi kuncinya,
mari saling menghargai..
menghargai sifat masing-masing dan memahami kelebihan serta kekurangan masing-masing..
"Tahukah anda bahwa empat dari lima keruwetan hidup ini akan pupus bilamana kita bisa duduk dan diam?” (Calvin Coolidge)
Tulisan yang menarik, dan sangat populer, dari Jonathan Rauch, menceritakan pengalaman pribadinya sebagai seorang introvert dan bagaimana itu mempengaruhi kehidupannya. Saya terjemahkan dari artikel Rauch di The Atlantic Monthly, Caring for Your Introvert (tentu tidak sebaik tulisan aslinya).
========================================================
Pernah tahu tentang seseorang yang perlu menyendiri, berjam-jam tiap harinya? Yang gemar mengobrol tentang ide-ide, tentang perasaan? Yang kadang-kadang bisa mempresentasikan sesuatu dengan hebat di hadapan banyak orang, tapi begitu canggung saat berada di kelompok yang lebih kecil? Yang musti ditarik-tarik untuk datang ke pesta, lalu perlu seharian penuh untuk ‘penyegaran kembali’?
Apakah kita menjulukinya ‘orang serius’, atau bertanya kepadanya ‘eh, kamu sakit ya’? Menganggapnya penyendiri, sombong, dan tak sopan? Yang kita musti berjuang keras hanya untuk mengajaknya keluar?
Bila jawaban kita ‘ya’, besar kemungkinan kita telah bertemu dengan seorang introvert — dan rupanya kita tidak memperlakukannya dengan baik. Sains telah belajar banyak tentang perilaku dan kebutuhan orang-orang introvert. Sains menemukan misalnya, lewat pemindaian otak, bahwa introvert memproses informasi dengan cara yang berbeda dari orang-orang umumnya (saya tidak mengada-ada). Introvert bisa jadi orang yang biasa saja, tapi mereka juga adalah salah satu kelompok masyarakat yang paling kerap disalahpahami dan dirugikan di Amerika, dan mungkin juga di dunia.
Saya tahu itu. Nama saya Jonathan, dan saya seorang introvert.
Oh, bertahun-tahun saya mencoba mengingkarinya. Saya toh pada akhirnya bisa bergaul. Saya bukannya pemurung, atau tidak suka dengan orang. Pada dasarnya, saya jauh dari pemalu. Saya memang menyukai obrolan panjang tentang pemikiran yang mendalam, tentang eksplorasi hal-hal yang menarik. Tapi paling tidak saya memiliki kepercayaan diri, dan pergi keluar dengan teman-teman. Dengan cara inilah saya bisa lepas dari stereotipe dan kesalahpahaman yang menyakitkan. Dan kini, saya ingin menjelaskan apa yang musti kita ketahui, dalam memahami anggota keluarga kita, teman, atau sejawat yang introvert. Ingat, seseorang yang kita kenal baik, yang kita hormati, bisa jadi seorang introvert, dan bisa jadi pula kita akan ‘menyiksanya’ bila kita tak paham beberapa tanda-tanda.
Apa itu introversion?
Konsep ini muncul sejak 1920-an dari seorang ahli psikolog, Carl Jung, dan kini menjadi variabel penting di berbagai macam tes kepribadian, termasuk Myers-Briggs Type Indicator yang terkenal itu. Kaum introvert tidak selamanya pemalu. Orang-orang pemalu adalah mereka yang cemas atau takut atau menampik diri dari lingkungan sosial; introvert pada umumnya tidak seperti itu. Orang introvert juga tidak anti orang lain, meski sebagiannya sepakat dengan Sartre yang mengatakan, “Sarapan bersama orang lain adalah neraka.” Lebih tepatnya, introvert adalah mereka yang merasa bahwa orang lain itu adalah sesuatu yang melelahkan.
Ekstrovert, sebaliknya, terpacu karena keberadaan orang lain, dan menjadi ‘layu’ atau ‘pudar’ bila sendirian. Mereka kerap bosan dengan dirinya. Coba tinggalkan ekstrovert sendirian selama dua menit dan ia akan mulai mencari dan memencet-mencet handphone-nya. Sebaliknya, kami kaum introvert, setelah satu atau dua jam bersosialisasi, perlu off sejenak dan ‘mengisi batere’ kembali. Formula saya pribadi adalah 2 jam menyendiri untuk setiap jam sosialisasi. Ini bukan anti-sosial. Bukan gejala depresi, dan bukan sinyal untuk darurat medis. Bagi kaum introvert, menyendiri itu sama menyegarkannya dengan tidur, makan, atau merawat diri. Motto kami: “saya baik-baik saja, kamu baik-baik saja — dalam dosis tertentu.”
Berapa banyak orang introvert?
Saya mencoba melakukan riset panjang di Google untuk menjawab pertanyaan ini. Jawabannya: 25 persen, atau di bawah setengah populasi. Atau, jawaban favorit saya: “kelompok minoritas di antara kebanyakan orang, tapi mayoritas di antara populasi orang-orang berbakat.”
Apakah kaum introvert disalahpahami?
Sangat, dan dimana-mana. Begitulah rupanya nasib kami. “Sangat sukar bagi seorang ekstrovert untuk memahami introvert,” tulis pakar pendidikan Jill D. Burruss dan Lisa Kaenzig (mereka juga sumber jawaban favorit saya di paragraf sebelumnya). Kaum ekstrovert tidaklah sukar untuk dipahami oleh mereka yang introvert, karena ekstrovert menghabiskan banyak waktunya dengan banyak berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka kesana kemari bak anak anjing yang meloncat-loncat. Namun jalan tidak selamanya dua arah. Ekstrovert tak punya pemahaman yang cukup tentang introversion. Mereka menganggap bahwa rekannya ini akan selalu dengan senang hati menyambut baik dan membukakan pintu. Mereka tak bisa membayangkan bahwa ada orang yang perlu menyendiri; bahkan tidak jarang merasa tersinggung bilamana ada yang berniat seperti itu. Sepanjang saya mencoba menjelaskan hal ini kepada mereka yang ekstrovert, saya tidak merasa mereka paham benar. Mereka mendengar sejenak, lalu kembali ‘menggonggong’ dan ‘menyalak’.
Apakah kaum introvert tersisih?
Rasanya begitu. Ekstrovert menjamur di dunia politik, sebuah profesi yang hanya mereka yang gemar menyerocos yang bisa bertahan. Lihat George W. Bush. Lihat Bill Clinton. Mereka tampak begitu bergairah ketika bersama dengan orang-orang. Membayangkan beberapa orang introvert yang berhasil melesat ke papan atas politik, seperti Calvin Coolidge, Richard Nixon — tidak akan mengubah pandangan semula. Kecuali Ronald Reagan, yang kecenderungannya menarik diri dari orang-orang barangkali menjadi tanda sifat introvertnya (banyak aktor, saya baca, adalah introvert, dan banyak introvert, ketika bersosialisasi, merasa bagai aktor), introvert dianggap ‘janggal’ di dunia politik.
Oleh sebab itu, ekstrovert mendominasi kehidupan publik. Patut disayangkan memang. Bila kami kaum introvert mengatur dunia, tak disangsikan lagi dunia akan menjadi tempat yang lebih tenang, lebih sehat, lebih damai. Seperti yang konon pernah diucapkan Coolidge, “Tahukah anda bahwa empat dari lima keruwetan hidup ini akan pupus bilamana kita bisa duduk dan diam?” (Dia juga konon pernah mengatakan, “Bila kita tak berbicara apa-apa, kita tak akan dituntut untuk mengulanginya.” Satu-satunya hal yang dibenci kaum introvert lebih dari berbicara tentang dirinya adalah mengulanginya.)
Dengan kegemarannya berbicara dan menarik perhatian, ekstrovert juga mendominasi kehidupan sosial, sehingga standar-standar pun ditetapkan sesuai norma dan harapan mereka. Di masyarakat ekstrovertis yang kita diami ini, menjadi orang yang outgoing atau supel adalah normal, sehingga lebih disukai — sebuah tanda kebahagian, kepercayaan diri, keunggulan. Ekstrovert disimbolkan sebagai ‘berhati besar’, ‘bersemangat’, ‘hangat’, dan ‘empati’. ‘Pujaan banyak orang’ adalah sebuah pujian bagi mereka. Introvert, sebaliknya, digambarkan sebagai ‘berhati-hati’, ‘penyendiri’, ‘pendiam’, ‘pelamun’ — kata-kata yang sempit dan tidak berperasaan yang menunjukkan kepribadian yang pelit dan emosional. Perempuan introvert, pastinya, adalah yang paling tersiksa. Di lingkungan atau budaya tertentu, seorang laki-laki terkadang masih bisa bertahan dengan julukan semacam ‘kaku’ dan ‘pendiam’. Dibandingkan laki-laki, perempuan introvert lebih cenderung dianggap ‘pemalu’, ‘penyendiri’, ‘angkuh’.
Apakah kaum introvert sombong, arogan?
Jarang. Rasanya kesalahpahaman ini lantaran karakter introvert yang lebih cerdas, lebih reflektif, lebih independen, lebih berkepala dingin, lebih halus dan sensitif dibandingkan ekstrovert. Mungkin juga karena sedikitnya kaum introvert berbicara, suatu kelemahan yang kerap dicela oleh mereka yang ekstrovert. Kami cenderung berpikir lebih dulu sebelum berbicara, sementara ekstrovert berpikir ketika berbicara, yang mungkin itu pula sebabnya rapat-rapat kaum ekstrovert tak pernah berakhir kurang dari enam jam. “Introvert,” tulis seorang rekan yang cerdas, Thomas P. Crouser, di sebuah ulasan buku berjudul Why Should Extroverts Make All the Money? (saya juga tidak mengada-ada), “kerap kebingungan oleh dialog semi-internal kaum ekstrovert. Introvert tidak terang-terangan mengeluh, sebaliknya mereka hanya mengalihkan pandangan dan diam-diam mengumpat situasi itu.”
Lebih parahnya, ekstrovert tak menyadari tekanan yang mereka timpakan kepada kami kaum introvert. Terkadang, sembari menghirup udara di tengah kabut pembicaraan mereka yang 98% tidak ada isinya itu, kami bertanya-tanya apakah ekstrovert mau barang sejenak mendengarkan diri mereka sendiri. Tapi kami mencoba menerima keadaan ini dengan tenang, karena buku-buku tentang etiket dan sopan santun — yang tentu ditulis oleh ekstrovert — menganggap tak mau berbasa-basi itu sebagai tidak sopan dan sedikit berbicara itu sebagai kejanggalan. Kami hanya berharap suatu hari, bila karakter kami ini dipahami lebih luas, atau barangkali ketika gerakan hak asasi kaum introvert mulai merekah dan berbuah, bukan lagi suatu hal yang kasar bila mengatakan, “Saya introvert. Anda orang hebat dan saya menyukai anda. Tapi mohon sekarang diamlah.”
Bagaimana memberitahu kaum introvert bahwa kita mendukung dan menghargai pilihannya?
Pertama, menyadari bahwa ini bukanlah pilihan. Bukan pula gaya hidup. Introvert adalah sebuah orientasi.
Kedua, bilamana kita mendapati seorang introvert kehilangan kata-kata, jangan berkata, “Hei, ada apa?” atau “Kamu baik-baik saja?”
Ketiga, jangan berkata yang lain juga.
========================================================
Credits: Tulisan diterjemahkan dari sebuah artikel di The Atlantic Monthly (menjadi artikel yang paling banyak diakses di situs majalah bulanan itu). Lukisan paling atas adalah ‘Aloof’ karya Aaron Waugh.
Sumber : http://watung.org/2007/01/27/introvert/
#Galau-16 Sahabat Dunia Maya (2)- Introvert yang menjadi "Extrovert Online"
Posted: Minggu, 11 Maret 2012 by Hazirur Rohman in Label: Galau, Iam an Introvert
Apakah anda mempunyai sahabat dunia maya? Sahabat dunia maya biasanya berkomunikasi dengan kita sanga lancar, hangat, dan bersahabat sekali hanya melewati kata-kata baik, itu melalui chatting atau pesan di handphone. Dengan kata-kata itu, saling memberi perhatian atau bercanda lucu-lucuan. Kedekatan yang dirasakan seolah-olah sahabat dunia maya ini merupakan sahabat yang dimulai sejak kecil bahkan kedekatan ini kadang melebihi sahabat anda di dunia nyata.
Namun, tak jarang orang merasa kecewa, ketika persahabatan dunia maya ini direalisasikan ke dunia nyata atau bahasa lainnya “Kopi Darat”. Karena pada kenyataannya, komunikasi dengan teman dunia maya anda tak sehangat dan tak seramah saat chatting.
Orang ekstrovert di dunia maya belum tentu ekstrovert di dunia nyata, terkadang justru orang seperti ini sangat introvert di dunia nyata (hwaaa, ini gw banget, plaakk)..
Tak bisa dipungkiri orang yang “kuper” di dunia nyata sebenarnya banyak di dunia maya. Orang yang lucu di dunia maya, belum tentu lucu di dunia nyata (Ini bukan generalisasi ya, tak semuanya begitu).
Seorang introvert dalam kehidupan sehari-hari dapat saja menjadi seseorang yang extrovert dalam berkomunikasi dengan orang lain secara online di dunia maya. Bahkan mereka kadang lebih extrovert dari pada seorang extrovert sejati. Jadi jangan heran apabila disaat bertemu (kopi darat), mereka akan berubah menjadi seorang yang introvert.
Seorang introvert juga memiliki kecendrungan untuk kecanduan berkomunikasi dan bersosialisasi secara online dibandingkan seorang extrovert yang lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia nyata. Apabila kecanduan, mereka akan menganggap dunia maya seolah-olah menjadi dunia nyata.
Namun, hal ini tidak akan menjadi masalah, jika anda menawarkan persahabatan yang tulus, justru ini menjadi tantangan untuk saling pengertian dan saling memahami karena seorang introvert akan menjadi ekstrovert terhadap orang yang sangat dekat dengan dia, dan sangat ia percayai..
Jika anda mengekspresikan kekecewaan, itu justru akan menjadi masalah buat persahabat dunia maya.. dan bukan tidak mungkin, persahabatan dunia maya tersebut akan berakhir begitu saja..
Manusia adalah makhluk sosial. Selalu memiliki keinginan untuk berhubungan dengan sesamanya. Untuk menjalin persahabatan. Memperkuat tali silaturahmi.
Banyak cara yang bisa dilakukan. Bukan hanya dengan orang-orang di sekitar saja. Bahkan ada kerinduan menjalin persahabatan dengan orang-orang yang jauh nun di sana. Dimana hanya berbekal foto atau hanya nama saja.
“Sahabat” adalah kata yang memiliki makna positf, indah, enak dibaca, didengar dan diungkapkan, anda pasti setuju bukan?
Persahabatan tidak hanya dapat dilakukan di dunia nyata, tidak jarang persahabatan muncul tanpa kita harus bertemu sebelumnya, jika dahulu terkenal dengan “sahabat pena”, Tapi sekarang, di zaman modern yang serba internet dan menjamurnya situs-situs pertemanan atau jejaring sosial, timbul istilah baru yang popular yaitu “sahabat dunia maya” atau “sahabat online”.
Persahabatan di dunia maya tidak kalah indah dengan sahabat di dunia nyata, bahkan ada sisi menarik tersendiri yang dapat kita rasakan.
Diawali dengan saling tidak kenal, tidak pernah saling bertemu. Persahabatan dunia maya pastinya dimulai secara online sebagai tempat pertemuan awal. Kemungkinan kedua orang yang berpotensi menjadi sahabat dipertemukan saat chatting atau mereka tergabung dalam kelompok internet atau grup yang sama.
Berawal dari chatting pertama, kemudian terus berlanjut, hingga timbul kedekatan dan dapat saling memahami satu sama lain, bisa saling memaklumi dan saling memaafkan. Banyak diantara “sahabat online” belum pernah bertemu sekalipun, persahabatan hanya benar-benar terjadi di dunia maya. Namun, walaupun begitu, kedekatan sangat dirasakan, mungkin benar seperti kata pepatah zaman dulu “Jauh di mata dekat di hati”.
Bahkan kadang ada rasa kerinduan muncul saat sang teman tidak muncul di daftar chat atau tidak lagi mengirim pesan di handphone. Kadang terbersit kekhawatiran, dimanakah dia? Apakah dia baik-baik saja? Sakitkah dia? Hmmm..
Memang tak ada keharusan untuk saling menyapa atau memberi komentar atas pernyataannya di media online. Namun, ada dorongan kuat untuk menuliskan sesuatu untuk sekedar mengomentari, berbagi cerita, memberi saran, ikut berbahagia dan memberi dukungan ketika dia di landa masalah.
Walaupun dipisahkan jarak dan waktu, juga tak saling terikat satu sama lain, namun kedekatan yang dirasakan di hati seolah-olah sangat terasa seperi sahabat lama.
Walaupun hanya berkomunikasi melalui deretan kata di layar komputer atau handphone, namun bisa saling merasakan getaran emosi masing-masing. Ada jiwa dalam deretan kata-kata itu. Lewat kata-kata itu saling berempati dan memberi sugesti.
Itulah sisi menariknya persahabatn dunia maya :D