MIXING

Posted: Senin, 07 Juni 2010 by Hazirur Rohman in Label:
0


Mixer merupakan salah satu alat pencampur sehingga akan menghasilkan suatu dispersi yang seragam atau homogen. Mixer atau pencampur juga dapat digunakan untuk pencampur bahan-bahan plastik.

Mixing adalah suatu proses pencampuran bahan sehingga dapat bergabung menjadi suatu campuran yang memiliki penyebaran yang sempurna. Prinsip pencampuran didasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen yang mempunyai sifat yang berbeda. Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan, keadaan produk atau bahkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran. Salah satu alat pencampuran yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mixer Robot-coupe. Alat ini digunakan untuk proses pencampuran dalam pembuatan kue bolu. Robot-coupe ini biasanya digunakan dalam proses mixing bahan-bahan makanan dalam skala besar. Derajat keseragaman pencampuran, dalam diukur dari sample yang diambil selama pencampuran, dalam hal ini jika komponen yang dicampur telah terdistribusi mealui komponen lain secara random (acak), maka dikatakan pencampuran telah berlangsung dengan baik.

Menurut Mc Cabe et al (1985), pencampuran dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
(1) pencampuran sebagai proses terminal sehingga hasilnya merupakan suatu bahan jadi yang siap pakai
(2) pencampuran merupakan proses pelengkap atau proses yang mempercepat proses lainnya seperti pemanasan, pendinginan atau reaksi kimia.

Pencampuran mempunyai tujuan untuk menggabungkan bahan menjadi suatu campuran yang sedapat mungkin memiliki kesamaan penyebaran yang sempurna. Jenis pencampuran bahan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1. Pencampuran bahan cair
- Mensuspensikan bahan/partikel padat
- Menggabungkan bahan-bahan cair yang dapat saling bercampur
- Mendispersikan gas dalam bentuk gelembung gas halus
- Mendispersikan bahan cair lalu juga tidak dapat beercampur
- Meningkatkan pindah panas antara bahan cair dan penukar panas
Dalam suatu proses pengadukan, beberapa tujuan diatas dapat dicapai secara sekaligus, contohnya pada proses hidrogenasi katalitis minyak

2. Pencampuran bahan bersifat viskos
Karakteristik bahan campuran meliputi viskositas tinggi, plastis dan berbentuk pasta.
Karakteristik proses pencampurannya
- Memerlukan gaya guntung (shear force) yang lebih besar
- Memerlukan energi spesifik juga lebih besar (sampai 1 KWH/Kg)
- Tidak ada aliran bahan menuju pengaduk
Peralatan pencampurannya meliputi change can mixers, kueadas dan mulla mixers.

3. Pencampuran bahan partikel padat
- Bahan padat dapat mengalir
- Prinsip hampir sama dengan pencampuran bahan viskous
- Membutuhkan tenaga yang lebih ringan atau kecil daripada pencampuran bahan pasta
- Tidak ada aliran bahan ke pengaduk dengan sendirinya
- Cara kerja : kocokan mekanik, angkat dan jatuh dan menggilinngkan bahan

Menurut Handoko (1992), alat pencampur dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
(1) tipe alat pencampur dengan pengaduknya bergerak dan wadah diam
(2) tipe alat pencampur dengan pengaduknya diam dan wadahnya bergerak
(3) tipe alat pencampur dengan pengaduk yang sama-sama bergerak

Alat pencampur terdiri dari tempat untuk menampung bahan dan as stainless steel. As stainless steel yang bercabang tegak lurus berfungsi untuk mencampurkan bahan baku yang berputar akibat adanya puli penggerak. Batang-batang pengaduk tersebut akan memecah dan mengaduk bahan dengan meningkatkan pengacakan dan distribusi bahan, sehingga terjadi pencampuran. Campuran tersebut akan membentuk adonan yang kompak dan uniform. Sumber tenaga yang menyebabkan wadah dan impeler berputar berasal dari motor penggerak yang ditransmisikan secara langsung menggunakan as besi (Handoko, 1992).

makalah teh

Posted: by Hazirur Rohman in Label:
1


Tugas Mata Kuliah
Manajemen Lingkungan Industri

INDUSTRI TEH

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Nur Rahmawati F34080004
Fika Aras Ardita F34080016
Hazirur Rohman F34080024
Ade Teguh Rahmat F34080045
Dyah Ayu Larasati F34080054
Amina Kurniasi Alu F34080142

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Seperti yang telah diketahui, kehidupan masyarakat tidak pernah terlepas dari industri. Di mulai dari kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggalnya. Industri merupakan bentuk dari pengelolaan sumber daya. Tetapi jika pengeloaan tersebut tidak dikontrol dengan baik, maka akan berdampak negatif bagi manusia dan lingkungan.
Kegiatan industri merupakan serangkaian kegiatan utuh yang dimulai dari pemilihan bahan baku industri. Pemilihan bahan baku sangat diperlukan karena bahan baku akan menentukan produk akhir yang akan dihasilkan. Setelah kegiatan pemilihan bahan baku kegiatan selanjutnya yaitu proses pembuatannya. Proses pembuatan memerlukan teknologi yang tepat dan sebisa mungkin meminimalkan limbah. Produk yang dihasilkan dari proses produksi bisa berupa produk setengah jadi dan produk jadi. Dari satu jenis bahan baku, banyak yang bisa dihasilkan termasuk dari produk turunannya.
Proses produksi dari kegiatan industri pasti tidak pernah terlepas dari yang namanya limbah, baik limbah cair, padat, maupun gas. Limbah tersebut dihasilkan dari tahapan dalam proses produksi. Tiap tahapan menghasilkan limbah dengan kuantitas yang berbeda-beda yaitu baik jumlah maupun volumenya. Jika limbah dari industri tersebut tidak dikelola dengan baik pasti akan berbahaya bagi lingkungan di sekitarnya, maka dari itu penerapan teknik pengelolaan limbah pada kegiatan industri sangat diperlukan.
Pada makalah ini akan diuraikan semua tentang kegiatan industri teh mulai dari kegiatan pemilihan bahan baku teh hingga pengolahan limbah industri teh yang tepat untuk diterapkan.

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui uraian lengkap tentang industri teh yang meliputi bahan baku, teknologi proses, dan produk jadi yang dihasilkan. Selain itu juga untuk mengetahui jenis limbah yang dihasilkan dan teknologi pengelolaan limbah yang diterapkan.

II. URAIAN LENGKAP

a. Bahan Baku Produk

Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari the (Prasojo,2008).
Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia Sinensis L) dari familia Tehaceae. Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan daerah-daerah yang berbatasan dengan Republik Rakyat China, India, dan Myanmar. Tanaman teh cocok tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan membutuhkan sinar matahari yang cukup dan hujan sepanjang tahun (Anonim, 2008).
Baik teh hitam, teh hijau maupun teh oolong dan teh pouchong dapat diolah dari bahan baku yang sama yaitu daun teh atau Camellia sinensis. Berdasarkan varietasnya Camellia sinensis dibagi menjadi dua yaitu Camellia sinensis varietas Assamica dan Camellia sinensis varietas sinensis. Di Indonesia, sebagian besar tanamannya berupa Camellia sinensis varietas Assamica. Salah satu kelebihan dari varietas Assamica ini adalah kandungan polifenolnya yang tinggi. Sehingga sangatlah beralasan bila teh Indonesia lebih berpotensi dalah hal kesehatan dibandingkan teh Jepang maupun teh China yang mengandalkan varietas Sinensis sebagai bahan bakunya (Prasojo, 2008).
Pada makalah ini akan membahas mengenai industri teh. Berdasarkan uraian di atas bahan baku industri teh di Indonesia adalah daun teh atau Camellia sinensis dengan varietas Assamica yang memiliki kandungan polifenol tinggi (Anonim, 2008).

b. Teknologi Proses Pengolahan Teh
1. Proses Pengolahan Teh Hitam
Secara umum, pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dikategorikan dalam dua sistem, yaitu sistem Orthodox dan sistem baru seperti CTC (Crushing-Tearing-Curling) dan LTP (Lowrie Tea Processor). Meski sistem yang digunakan berbeda, secara prinsip proses pengolahannya tidaklah jauh berbeda.

Pelayuan
Tahap pertama pada proses pengolahan teh hitam adalah pelayuan. Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun serta menurunnya kandungan air sehingga daun teh menjadi lemas. Proses ini dilakukan pada alat Witehring Trough selama 14-18 jam tergantung kondisi pabrik yang bersangkutan. Hasil pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah masak (Jaka,2008).
Penggilingan dan Oksimatis Secara kimia
Selama proses pengilingan merupakan proses awal terjadinya oksimatis yaitu bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan bantuan oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh menjadi rusak. Cairan sel akan keluar dipermukaan daun secara rata. Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh. Selama proses ini berlangsung, katekin akan diubah menjadi tehaflavin dan teharubigin yang merupakan komponen penting baik terhadap warna, rasa maupun aroma seduhan teh hitam. Proses ini biasanya berlangsung selama 90-120 menit tergantung kondisi dan program giling pabrik yang bersangkutan. Mesin yang biasa digunakan dalam proses penggilingan ini dapat berupa Open Top Roller (OTR), Rotorvane dan Press Cup Roller (PCR) : untuk teh hitam orthodox dan Mesin Crushing Tearing and Curling (CTC) : untuk teh hitam CTC (Jaka,2008).

Pengeringan
Proses ini bertujuan untuk menghentikan proses oksimatis pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5-4%. Keadaan ini dapat memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang biasa digunakan dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed Dryer) pada suhu 90-95 0C selama 20-22 menit. Sebenarnya output dari proses ini sudah dapat dikatakan sebagai teh hitam meski masih memerlukan proses lebih lanjut untuk memisahkan dan mengklasifikasikan teh berdasarkan kualitasnya. Untuk itu diperlukan proses sortasi dan grading (Jaka,2008).

Sortasi and Grading
Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan warna, ukuran dan berat. Sedangkan grading bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan standar mutu yang telah disepakati secara nasional maupun internasional.
Pengemasan

Teh yang telah disortasi dan digrading dimasukkan dalam peti miring yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tea bulker untuk dilakukan pencampuran (blending). Proses ini untuk menghomogenkan produk teh dalam grade yang sama. Mengingat produk pertanian senantiasa mengalami fluktuasi kualitas, maka produk teh dari batch ke batch dari hari ke hari senantiasa berbeda. Untuk menghilangkan perbedaan tersebut dilakukanlah pencampuran.

2. Proses pengolahan teh hijau
Di antara ketiga jenis teh-teh fermentasi (teh hitam), teh semi fermentasi (teh oolong dan teh pouchong) serta teh tanpa fermentasi (teh hijau) - teh hijau boleh dinobatkan sebagai teh dengan potensi aktivitas kesehatan yang paling baik, karena katekin yang merupakan komponen bioaktif, selama pengolahan teh hijau dipertahankan jumlahnya dengan cara menginaktivasi enzim polifenol oksidasi baik melalui proses pelayuan maupun pemanasan. Pada proses pengolahan lainnya, katekin dioksidasi menjadi senyawa orthoquinon, bisflavanol, tehaflavin, dan teharubigin yang kemampuannya tidak sehebat katekin.
Pengolahan teh hijau Indonesia menganut serangkaian proses fisik dan mekanis tanpa atau sedikit mengalami proses oksimatis terhadap daun teh melalui sistem panning. Tahapan pengolahannya terdiri atas pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi dan grading serta pengemasan (Jaka,2008).

Pelayuan
Berbeda dengan proses pengolahan teh hitam, pelayuan disini bertujuan menginaktifasi enzim polyphenol oksidase untuk menghindari terjadinya proses oksimatis. Akibat proses ini daun menjadi lentur dan mudah digulung. Pelayuan dilakukan dengan cara mengalirkan sejumlah daun teh kedalam mesin pelayuan Rotary Panner dlam keadaan panas (80-100°C) selama 2-4 menit secara kontinyu. Penilaian tingkat layu daun pada pengolahan teh hijau dinyatakan sebagai persentase layu, yaitu perbandingan daun pucuk layu terhadap daun basah yang dinyatakan dalam persen. Persentase layu yang ideal untuk proses pengolahan teh hijau adalah 60-70%. Tingkat layu yang baik ditandai dengan daun layu yang berwarna hijau cerah, lemas dan lembut serta mengeluarkan bau yang khas.

Penggulungan
Pada proses pengolahan teh hijau, penggulungan merupakan tahapan pengolahan yang bertujuan untuk membentuk mutu secara fisik. Selama proses penggulungan daun teh akan dibentuk menjadi gulungan kecil dan terjadi pemotongan. Proses ini dilakukan seger setelah daun layu keluar dari mesin pelayuan. Mesin penggulung yang biasa digunakan adalah Open Top Roller 26" tipe single action selama 15-17 menit.

Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mereduksi kandungan air dalam daun hingga 3-4%. Untuk mencapai kadar air yang demikian rendahnya, pengeringan umumnya dilakukan dalam dua tahap. Pengeringan pertama bertujuan mereduksi kandungan air dan memekatkan cairan sel yang menempel pada permukaan daun. Hasil pengeringan pertama masih setengah kering dengan tingkat kekeringan (kering dibagi basah) sekira 30-35%. Mesin yang digunakan pada proses pengeringan pertama ini adalah ECP dengan suhu masuk 130-135°C dan suhu keluar 50-55°C dengan lama pengeringan sekira 25 menit. Disamping memperbaiki bentuk gulungan, pengeringan kedua bertujuan untuk mengeringan teh sampai kadar airnya menyentuh angka 3-4%. Mesin yang digunakan dalam proses ini biasanya berupa Rotary Dryer tipe repeat roll. Lama pengeringan berkisar antara 80-90 menit pada suhu dibawah 70°C.

Sortasi dan grading
Seperti halnya pada proses pengolahan teh hitam, proses ini bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan membentuk jenis mutu agar teh dapat diterima baik dipasaran lokal maupun ekspor.

3. Proses Pengolahan Teh Oolong
Posisi teh oolong berada diantara teh hijau dan teh hitam sehingga teh ini lazim disebut sebagai teh semi oksimatis. Teh jenis ini dilakukan oksimatis secara cepat sebelum dan sesudah penggulungan. Tahap pertama proses pengolahan teh ini adalah pelayuan dengan sinar matahari selama 90 menit. Selanjutnya dilakukan dengan pelayuan dan pengayakan dalam ruangan selama 4-8 jam. Pengeringan pertama dilakukan dengan panning system untuk menginaktivasi enzim. Kemudian di gulung selama 5-12 menit, dipotong dan kembali dikeringkan sampai diperoleh kadar air sekitar 3-5% (Jaka,2008).

4. Proses Pengolahan Teh Wangi
Teh wangi diproses dari teh hijau yang dicampur dengan bahan pewangi berupa bunga melati atau culan melalui pengolahan tertentu untuk mendapatkan cita rasa yang khas. Meski sentra teh wangi banyak terdapat di Jawa Tengah seperti Pekalongan, Tegal, Surakarta sampai Yogyakarta, namun bahan bakunya yang berupa teh hijau disuplai dari Jawa Barat yang merupakan "provinsi teh" di Indonesia.
Prinsip pengolahan teh wangi adalah proses penyerapan atau absorbsi aroma bunga ke dalam teh hijau. Tahapan proses pengolahan teh wangi meliputi penyediaan bahan baku berupa teh hijau, penggosongan, pemilihan bunga, pelembaban, pewangian dan pengeringan serta pengepakan (Jaka,2008).

Penyediaan Bahan Baku
Syarat teh hijau yang baik untuk proses pengolahan teh wangi diantaranya adalah mempunyai warna hijau kehitaman yang hidup (bright), bentuk tergulung dengan baik, rasanya sepet, mudah menyerap bau bunga dan kandungan airnya maksimal 10%.

Penggosongan
Proses ini bertujuan menghasilkan teh hijau gosong yang bersifat porous. Dengan sifat barunya ini, teh hijau akan mudah menyerap aroma dari melati. Proses ini berlangsung selama 1-2 jam menggunakan Rotary Dryer pada suhu 150-170°C.

Pemilihan Bunga
Bunga yang dipersyaratkan adalah melati dengan tingkat kematangan tertentu dan diperkirakan pada malam harinya akan tetap mekar.

Pelembaban
Pelembaban dilakukan melalui pemberian air pada teh gosong sampai keadaan teh menjadi lembab dengan kadar air 30-35%. Proses ini menyebabkan gulungan teh menjadi terbuka. Dengan demikian kemampuan teh dalam menyerap aroma bunga menjadi lebih baik. Proses ini biasanya berlansung pada sore hari sebelum proses pewangian dilakukan.

Pewangian
Proses ini merupakan nyawa dari pengolahan teh wangi. Pada tahap ini terjadi penyerapan aroma bunga oleh teh hijau yang telah digosongkan. Cara yang lazim digunakan adalah dengan cara mencampur dan mengaduk bunga dengan teh. Proses ini dilakukan pada malam hari. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa bunga yang dipilih adalah bunga yang pada malam hari masih dapat mekar dengan baik.

Pengeringan dan Pengepakan
Setelah proses pewangian selesai, sisa-sisa bunga dipisahkan dari tehnya. Namun demikian, sebagian pabrik masih memanfaatkan keberadaan bunga ini untuk memberi jaminan kewangian teh tersebut. Selanjutnya, teh dikeringkan pada ECP dengan suhu masuk 100-110°C dan suhu keluar 50-55°C selama 30 menit sampai diperoleh kadar air sekitar 4%. Setelah proses pengeringan selesai, teh yang sudah wangi diangin-anginkan sampai dingin untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu pengepakan.

c. Produk
Produk yang dihasilkan oleh industri teh antara lain teh hitam, teh hijau, teh oolong, teh wangi. Selain itu terdapat produk sampingan seperti pupuk organik.
Tanaman teh dapat diolah menjadi produk lain seperti yang tergambar pada Pohon Industri Teh di bawah ini:

d. Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: limbah cair, limbah gas/asap dan limbah padat. Ada industri tertentu menghasilkan limbah cair dan limbah padat yang sukar dibedakan. Ada beberapa hal yang sering keliru mengidentifikasi limbah cair, yaitu buangan air yang berasal dari pendinginan. Sebuah pabrik membutuhkan air untuk pendinginan mesin, lalu memanfaatkan air sungai yang sudah tercemar disebabkan oleh sektor lain. Karena kebutuhan air hanya untuk pendinginan dan tidak untuk lain-lain, tidaklah tepat bila air yang sudah tercemar itu dikatakan bersumber dari pabrik tersebut. Pabrik hanya menggunakan air yang sudah air yang sudah tercemar pabrik harus selalu dilakukan pada berbagai tempat dengan waktu berbeda agar sampel yang diteliti benar-benar menunjukkan keadaan sebenarnya (Sulaiman, 2005).
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis.
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar (Anonim,2009).
Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun bersama embun (Sulaiman, 2005).
Pada dasarnya limbah proses pengolahan teh tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan. Limbah yang dihasilkan industri teh antara lain (Anonim,2009). :
1. Limbah padat
Limbah padat dari proses pengolahan teh berupa bubuk-bubuk teh yang jatuh ke lantai.
2. Limbah cair
Limbah cair hanya dihasilkan dari oli maupun bahan bakar yang tercecer.
3. Limbah gas
Limbah gas dihasilkan dari pembakaran boiler ataupun alat pengering.

e. Teknologi Pengelolaan Limbah
Pada bagian ini diambil contoh salah satu industri teh yang melakukan pengelolaan limbah yaitu Perkebunan teh Gunung Mas yaitu salah satu perkebunan yang merupakan bagian dari PT Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Bandung. Perkebunan ini mengolah teh dengan sistem CTC (Crushing Curling Tearing). Untuk menjamin produknya aman dan bebas kontaminasi, perusahaan teh gunung mas ini melakukan sanitasi dan juga pengelolaan limbah.
Sanitasi
Sanitasi adalah pengendalian terhadap sesuatu yang ingin dijaga terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan maupun pencemaran. Dalam proses pengolahan teh, sanitasi sangat penting untuk dilakukan demi menjaga kerusakan maupun tercemarnya produk the (Arifin, 2008).
Sanitasi Bahan Baku
Sanitasi bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pucuk teh sebagai baku adalah bahan utama yang akan diolah menjadi produk teh jadi. Apabila pucuk teh tidak mendapatkan perlakuan dan pengawasan khusus dari semua jenis kontaminan maupun kotoran, maka mutu produk yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, bahaya yang ditimbulkan juga sangat merugikan konsumennya apabila teh yang bahan bakunya terkontaminasi sampai dikonsumsi.
Sanitasi terhadap pucuk teh sudah diawali dari pemetikan di kebun. Pemetikan pucuk teh hanya boleh dilakukan minimal 7 hari sejak penyemprotan hama yang terakhir dilakukan. Hal ini untuk menghindari kemungkinan masih adanya sisa-sisa bahan kimia yang menempel di daun teh. Kemudian pucuk teh yang dipetik juga tidak boleh terkena kotoran ketika dipetik, seperti jatuh ke tanah misalnya. Hal ini disebabkan oleh pengolahan pucuk teh yang sama sekali tidak dmelibatkan proses pencucuian terhadap pucuk teh yang akan diolah.
Sanitasi pucuk teh ketika berada dipabrik juga tidak kalah penting. Pucuk teh yang akan dilayukan tidak boleh jatuh keluar dari whitering trough selama proses pembeberan. Pucuk teh juga tidak boleh terkena bahan-bahan kimia seperti oli, solar, maupun minyak pelumas ketika diangkut menggunakan truk untuk menghindari adanya kontaminasi terhadap pucuk teh. (Arifin, 2008).
Sanitasi Peralatan, Mesin, dan Ruangan Pengolahan
Sanitasi terhadap peralatan, mesin, maupun ruangan pengolahan juga sangat penting untuk dilakukan. Peralatan, mesin, maupun ruangan yang bersentuhan langsung dengan bahan baku secara otomatis membutuhkan perhatian khusus agar tidak menimbulakan kontaminasi terhadap bahan baku yang akan diolah maupun produk teh yang dihasilkan.
Sanitasi peralatan dilakukan sejak pemetikan pucuk teh di kebun. Ambul/karangka maupun waring/kontiner yang digunakan sebagai tempat pucuk teh harus benar-benar bersih dari segala macam kontaminan maupun kotoran. Ambul/karangka maupun waring/kontiner ini harus dibersihkan setiap kali selesai dan setiap kali akan dipakai agar tidak ada kotoran yang bisa mengkontaminasi pucuk teh yang akan diolah.
Sanitasi terhadap mesin akan lebih banyak ditemukan di pabrik. Mesin-mesin yang baru selesai digunakan untuk melakukan pengolahan maupun ketika akan digunakan untuk pengolahan harus dibersihkan untuk menghilangkan kontaminan yang bisa menempel dibahan baku maupun produk teh jadi. Mesin-mesin harus dibersihkan dari oli, pelumas maupun kotoran-kotoran lainnya secara periodik setiap hari. Kotoran-kotoran disapu menggunakan sapu lidi seperti memberrsihkan sisa-sisa pucuk teh di whitering trough, menghembus dengan kompressor untuk menghilangkan debu di mesin-mesin sortasi, dan mencucinya untuk menghilangkan sisa-sisa bubuk teh yang difermentasi di mesin fermenting unit.
Sanitasi terhadap ruangan pengolahan dapat dilakukan dengan membersihkan ruangan yang digunakan untuk proses produksi secara periodik. Ruangan-ruangan diberi ventilasi agar sirkulasi udara bisa berjalan lancar, ruangan harus dibersikan dari debu maupun kotoran-kotoran lain secara periodik setiap hari. Dan khusus untuk ruangan fermentasi perlu dilakukan pengepelan setiap hari karena di ruangan ini proses produksi berlangsung dalam suasana lembab sehingga jika tidak di pel setiap akhir proses produksi bisa mengakibatkan tumbuhnya jamur maupun bakteri di ruang fermentasi ini (Arifin, 2008).
Sanitasi Karyawan dan Pengunjung
Sanitasi terhadap karyawan dan pengunjung yang masuk ke pabrik sangat penting untuk dilakukan sebab manusia adalah sumber kontaminan terbesar. Para karyawan dan pengunjung yang masuk ke pabrik diwajibkan memakai masker serta baju khusus beserta topinya, dan juga sepatu yang sudah disediakan. Pemakaian masker dimaksudkan agar bahan baku maupun produk yang dihasilkan tidak terkontaminasi oleh sumber kontaminan dari mulut karyawan maupun pengunjung ketika bercakap-cakap. Selain itu, dengan pemakaian masker ini kenyamanan karyawan dan pengunjung juga akan lebih terjamin sebab proses pengolahan teh menimbulkan bau yang cukup menusuk hidung.
Pemakaian baju dan topi seragam serta sepatu dimaksudkan agar teh yang sedang diolah tidak tercemar oleh karyawan maupun pengunjung. Dengan sifatnya yang higroskopis, bubuk teh yang ada di ruang pengeringan maupun di ruang sortasi akan sangat mudah menyerap parfum, maupun keringat yang ada pada karyawan maupun pengunjung. Oleh karena itu pemakaian satu set pakaian seragam ini akan mengurangi kemnugkinan tercemarnya produk teh oleh karyawan maupun pengunjung (Arifin, 2008).
Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah yang dihasilkan sangat penting untuk dilakukan agar tidak mencemari lingkungan di sekitar pabrik walaupun pada dasarnya proses pengolahan teh tidak menimbulkan limbah yang terlalu berbahaya bagi lingkungan (Sulaiman, 2005).
Limbah Padat
Limbah padat dari proses pengolahan teh berupa bubuk-bubuk teh yang jatuh ke lantai tidaklah terlalu berbahaya. Penanganannya hanya perlu dilakukan dengan cara menyapunya kemudian memasukkannya ke dalam karung untuk selanjutnya dibuang atau dijadikan pupuk organik.
Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan juga sangat kecil bahkan dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Limbah cair hanya dihasilkan dari oli maupun bahan bakar yang tercecer yang bisa dibersihkan dengan mengelap atau mengepelnya.
Limbah Gas
Sedangkan limbah gas lebih mendapat perhatian dengan pengaturan letak cerobong asap yang tepat sehingga tidak terlalu dekat dengan tempat dimana karyawan beraktivitas sehingga tidak mengganggu sama sekali. Ditambah dengan adanya tanaman penyejuk membuat kondisi udara di gunung mas bisa tetap terjaga.

III. PEMBAHASAN

Industri teh merupakan industri yang berpotensi untuk berkembang di Indonesia dan kini jumlahnya cukup banyak. Industri tersebut juga menghasilkan limbah meskipun limbah tersebut tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan, namun tetap harus diolah dan ditangani dengan benar.
Sebagai contoh pengolahan limbah yang dilakukan perkebunan teh Gunung Mas masih sangat sederhana, hanya dilakukan secara fisik yaitu limbah padat yang dihasilkan hanya disapu dan dimasukkan ke dalam karung untuk dibuat pupuk organik. Padahal sumber limbah padat yang hanya berupa bubuk-bubuk teh dapat diminimasi dengan proses pengolahan yang lebih baik.
Limbah cair yang dihasilkan pun hanya diolah dengan sangat sederhana yaitu oli yang tercecer hanya dilap, sedangkan limbah gas yang baru mendapat perhatian penting yaitu digunakan cerobong asap. Gas yang dikeluarkan dari proses pengurangan kadar air pada teh ini memang harus mendapat perhatian, agar tidak menimbulkan bahaya harus dikeluarkan melalui cerobong asap yang berstandar.
Pengelolaan limbah yang dilakukan sebenarnya sudah cukup baik, namun harus diperhatikan ketika volume limbah bertambah semakin banyak tidak cukup hanya disapu dan dimasukkan ke dalam karung harus dipikirkan cara yang lebih efektif dan efisien seperti dibuat pupuk organik, namun dapat diolah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis tinggi daun teh afkiran (karena tidak memenuhi standard) dan daun teh bekas pakai dikembangkan agar bisa digunakan untuk pembuatan barang-barang keperluan rumah tangga dan pribadi. Barang-barang tersebut, sesuai sifat daya serap daun teh, menyerap bau/aroma yang tidak enak di sekitarnya. Juga bersifat menebarkan aroma yang berguna untuk meredakan stres (terapi aroma). Untuk limbah padat perlu dibuat instalasi jika volume limbah yang dihasilkan semakin banyak dan untuk limbah gas dapat digunakan alat seperti cerobong asap yang memiliki kemampuan memfilter udara.
Di sisi lain perkebunan teh Gunung Mas ini, memiliki kelebihan dimana dilakukan sanitasi yang cukup baik baik dari bahan baku, alat, mesin, dan bahkan karyawan dan pengunjung.

IV. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa industri teh merupakan industri yang berpotensi untuk berkembang di Indonesia. Bahan baku industri teh yang berupa daun teh mudah didapat di Indonesia. Pengolahan teh yang dilakukan secaara ringkas adalah pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi dan grading, serta pengepakan untuk berbagai jenis teh lain proses tambahan dapat disesuaikan.
Produk yang dihasilkan dari industri teh antara lain teh hitam, teh hijau, teh oolong, dan teh wangi serta terddapat produk sampingan berupa pupuk organik yang diperoleh dari pengolahan limbah padat.
Pada industri teh limbah yang dihasilkan tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan, namun tetap harus diolah dan ditangani. Limbah yang dihasilkan antara lain Limbah padat dari proses pengolahan teh berupa bubuk-bubuk teh yang jatuh ke lantai. Limbah cair hanya dihasilkan dari oli maupun bahan bakar yang tercecer. Limbah gas dihasilkan dari pembakaran boiler ataupun alat pengering.
Limbah diatas dikelola dengan cara yang sederhana untuk limbah padat dari proses pengolahan teh berupa bubuk-bubuk teh yang jatuh ke lantai tidaklah terlalu berbahaya. Penanganannya hanya perlu dilakukan dengan cara menyapunya kemudian memasukkannya ke dalam karung untuk selanjutnya dibuang atau dijadikan pupuk organik. Limbah cair hanya dihasilkan dari oli maupun bahan bakar yang tercecer yang bisa dibersihkan dengan mengelap atau mengepelnya. Sedangkan limbah gas lebih mendapat perhatian dengan pengaturan letak cerobong asap yang tepat sehingga tidak terlalu dekat dengan tempat dimana karyawan beraktivitas sehingga tidak mengganggu sama sekali. Ditambah dengan adanya tanaman penyejuk membuat kondisi udara di gunung mas bisa tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Rumus Pemetikan Teh. http://19bee.blogspot.com/2007/12/rumus-pemetikan-teh.html. ( 28 April 2010).
Anonim.2009. Limbah Industri. “http://mengerjakantugas.blogspot-.com/2009-/0-4/limbah-industri.html”. ( 28 April 2010).
Arifin. 2008. Sanitasi dan Pengolahan Limbah Perusahaan Teh CTC Gunung Mas.“http://arifinds.wordpress.com/2008/08/20/%E2%80%9Csanitasi-da-n-engolahan-limbah-di-perusahaan-teh-ctc-gunung-mas%E2%80%9D-se-kilas-hasil-pkl/”. ( 28 April 2010).
Jaka.2008. Pengolahan Teh dan Pengelompokan. http://teh-hitam.blog-spot.com-/2007/07/pengolahan-teh-dan-pengelompokan.html. ( 28 April 2010).
Prasojo, eko. 2008. Budidaya Tanaman Teh. http://h0404055.wordpress.com-/2-010-/04/03/budidaya-tanaman-teh/. ( 28 April 2010).
Sulaiman, Dede. 2005. Pengelolaan Limbah Agroindustri. Djambatan, Jakarta.

teori motivasi

Posted: by Hazirur Rohman in
0

Nama : Hazirur Rohman Dosen : Ir. Lien Herlina, MSc

NRP : F34080024

TUGAS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (PSDM)

“TEORI MOTIVASI”

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Banyak teori yang dikemukakan para ahli tentang motivasi diantaranya :

Teori Motivasi Herzberg

Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higieni adalah factor yang berasal dari luar diri seorang dan memotivasi untuk keluar dari ketidakpuasan. Faktor-faktor hygiene mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, ,kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Faktor motivasional berasal dari dalam diri seseorang yang memotivasi untuk berprestasi yang akan membri kepuasan kerja. Faktor-faktor motivator meliputi prestasi (achievement), pengakuan (recognition), tanggung Jawab (responsibility),kemajuan (advancement), Pekerjaan itu sendiri ( the work itself), dan kemungkinan berkembang (the possibility of growth).

Teori achievement Mc Clelland

Teori ini menyatakan bahwa motivasi setiap orang berbeda-beda tergantung dengan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki ciri-ciri yaitu preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat, menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

Teori Clayton Alderfer ERG

Teori ERG Alderfer (Existence, Relatedness, Growth) adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Clayton P. Alderfer. Teori Alderfer menemukan adanya 3 kebutuhan pokok manusia: 1) Existence Needs (Kebutuhan Keadaan) adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah dari Maslow yaitu meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman serta hygiene factors dari Herzberg. 2) Relatedness Needs (Kebutuhan Berhubungan), mencakup kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari Maslowdanhygiene factors dari Herzberg. 3) Growth Needs (Kebutuhan Pertumbuhan) adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan.

Teori Motivasi Douglas Mc Gregor

Teori ini menyatakan tentang dua pandangan yang berbeda tentang manusia yaitu teori X (negatif) dan teori Y (positif). Pada dasarnya negatif (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, dan satu lagi positif (teori Y) bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu.

Teori Motivasi Harapan - Victor Vroom

Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, dan orang tersebut akan berupaya mendapatkannya.

Sumber :

Hasibuan, Malayu. Dasar, Pengertian dan Masalah Manajemen. 2008. Bumi Aksara, Bandung.

Winardi. J, 2001. Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen. Rajawali Press, Jakarta

Anonim. 2008. Teori Motivasi. www.anneahira.com/motivasi/teori-motivasi.htm [15 Mei 2010]